Masih Proses, Sa'bara' komi...
Sponsored By : Kecamatan Makale.

Jumat, 29 April 2011

Sistem Pemerintahan Desa Geser Peranan Adat Toraja

Penerapan sistem pemerintahan desa berdasarkan Undang-Undang nomor:5 tahun 1990 telah menggeser peranan tokoh adat di daerah pariwisata Tanatoraja, Sulawesi Selatan.

"Semua sistem pemerintahan termasuk mekanisme pengambilan keputusan di tingkat desa sudah ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Padahal sebelumnya tokoh adatlah yang berperan," kata tokoh adat Tanatoraja Den Upa Rombelayuk di Makassar, Rabu.

Menurut mantan Koordinator Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) ini, peranan tokoh adat dalam "kombongan" yakni media pengambilan keputusan tertinggi di tingkat kampung, dan keputusan tidak akan sah tanpa kehadiran seluruh warga kampung termasuk kaum perempuannya, secara perlahan diambil alih oleh lembaga desa.

Karena itu, lanjut dia, kombongan kehilangan kekuatannya sebagai mekanisme pengambilan keputusan dan ketika digantikan perannya oleh Lembaga Masyarakat Desa yang terdiri dari sejumlah posisi-posisi penting dalam desa yang umumnya lelaki.

"Dengan hilangnya kombongan itu, kaum perempuan tidak lagi memainkan peranan dalam pembuatan keputusan, tetapi hanya diwajibkan untuk menerima semua keputusan yang dibuat tanpa ada pertimbangan lagi," ujarnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, ia berharap agar pemerintah dapat memberi ruang pada tokoh-tokoh adat untuk tetap memainkan perannya dalam menjaga kearifan lokal.

Sebagai gambaran, dalam pemanfaatan dan pengawasan hutan di Tanatoraja, pemerintah kurang melibatkan tokoh dan masyarakat adat. Padahal, dalam sejarahnya tokoh dan masyarakat adat dikenal dengan kearifan lokalnya dalam menjaga hutan.

Dampak dari hal tersebut, sebagain besar hutan di daerah objek wisata itu sudah rusak oleh tangan-tangan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan data Dinas Kehutanan Tanatoraja pada 2009 diketahui, luas lahan kritis yang ada dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan di Kabupaten Tana Toraja mencapai 128.585 hektar


Sumber : http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita
BACA SELENGKAPNYA..

Tanah Longsor di Tana Toraja Menelan Korban Jiwa

Bencana alam tanah longsor menerjang Dusun Durian Desa Randang Batu Kecamatan Makale Selatan, Rabu (27/4) malam. Akibat bencana tersebut tiga warga tewas dan empat lainnya terluka parah.

Bencana tanah longsor itu terjadi sekitar pukul 19.00 Wita. Material longsor berasal dari Gunung Buttu. Material longsor menimpa rumah keluarga Limban, 45, yang berpenghuni tujuh orang.Tiga penghuni rumah tewas seketika,yakni Indo Sisong, 60, Essong, 3, dan Kotong, 1. Indo Sisong yang juga ibu dari Limban ditemukan tewas tertimbun material longsor pada malam kejadian.

Sedangkan dua balita anak Limban, yakni Essong dan Kotong baru ditemukan keesokan harinya. Jenazah Kotong ditemukan tertimbun sekitar pukul 06.00 Wita,sedangkan jenazah Essong ditemukan pukul 09.00 Wita,kemarin. Empat penghuni rumah lainnya yang berhasil selamat, yakni Bassang, 40, isteri Limban, dan ketiga anaknya,Leme, 9,Jeni,5,dan Feri,2.Namun,keempat korban mengalami luka cukup serius karena tertimpa material longsor.Mereka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Lakipadada Makale. Proses evakuasi terhadap empat korban selamat oleh warga dibantu aparat Polres Tana Toraja sempat terhambat karena terjadi hujan deras.Para korban harus ditandu sekitar dua kilometer.

Kendaraan tidak bisa menjangkau lokasi karena medan yang terjal dan terdapat banyak titik longsor. Camat Makale Selatan Rosalina Dammen yang mendampingi korban di RSU mengatakan, saat kejadian, penghuni, kecuali Limban,sedang berada di dalam rumah. Bangunan rumah tersebut langsung hancur akibat dihantam material berupa tanah, batu dan pohon. Rumah korban persis berada di bawah gunung. Menurut dia,dalam satu bulan terakhir Kecamatan Makale Selatan sudah tiga kali dilanda bencana alam tanah longsor. Dua peristiwa longsor se-belumnya terjadi pada bulan Maret lalu.Wilayah Makale Selatan diakui salah satu daerah di Tana Toraja yang rawan longsor.

Dia mengimbau warga tetap waspada dan segera mengungsi jika melihat tandatanda akan terjadi longsor. Rosalina menyayangkan lambannya penanganan terhadap korban longsor di RSU Lakipadada. Menurut dia, tidak ada satupun dokter yang ada saat para korban tiba di RSU. Korban akhirnya ditangani Kepala Dinas Kesehatan Tana Toraja dr Zadrak yang saat itu berada di RSU. “Kami sangat menyesalkan tidak ada satupun dokter yang berjaga. Kami juga sudah berupaya menelpon dokter rumah sakit, bahkan mendatangi rumahnya, tetapi tidak ada respons,” ujar Rosalina. Sementara itu, Limban mengatakan dirinya mengetahui peristiwa naas yang dialami keluarganya saat sudah pulang dari sawah.

Sesampainya di rumah, dia mendapati rumahnya sudah tertimbun tanah. Pelaksana tugas Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Tana Toraja Enos Karoma, mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja sudah menyalurkan bantuan tanggap darurat kepada korban bencana tanah longsor di Dusun Durian Desa Randang Batu Kecamatan Makale Selatan itu. “Pemkab Tana Toraja sudah menyalurkan bantuan standar tanggap darurat penanganan bencana kepada korban,”ujarnya kemarin
BACA SELENGKAPNYA..