Masih Proses, Sa'bara' komi...
Sponsored By : Kecamatan Makale.

Kamis, 30 Juni 2011

Ir Ramoni Tambing M.Eng.sc. Kepala Bappeda Torut yang Baru

Frederik Batti Sorring, Bupati Toraja Utara meminta kepada para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk tidak perlu resah ataupun gelisah sehubungan dengan akan adanya mutasi. Mutasi merupakan hal yang biasa dalam birokrasi pemerintahan. Dia meminta agar para pejabat di lingkup Pemkab Toraja Utara tetap bekerja dan memperlihatkan kinerja yang baik. Hal tersebut disampaikannya saat melantik Ramoni Tambing sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)Toraja Utara Senin (27/6) di ruang pola kantor bupati Torut, Rantepao.

Ir Ramoni Tambing M.Eng.sc. yang sebelumnya berkarier di Kementrian Pekerjaan Umum Pusat Jakarta selama mengabdi di Kementrian PU memiliki catatan kinerja yang bagus dan cukup punya pengalaman. Ir. Ramoni menggantikan pejabat sebelumnya yaitu Agustinus Sima yang telah memasuki masa pensiun. Sebelum Ramoni dilantik sebagai Kepala Bappeda Torut, Andarias Sibannang adalah pelaksana tugas (plt) Beppeda Torut.

"Pejabat yang diangkat bukanlah berdasarkan pada garis keturunan ataupun rumpun keluarga tertentu." Kata Sorring di tengah-tengah pelantikan tersebut.

dipesankan kepada para pimpinan SKPD untuk tidak cari-cari ataupun meminta-minta jabatan. Orang yang meminta jabatan jangan harapkan akan dikabulkan.

Khusus kepada Kepala Bappeda yang baru Bupati Sorring berpesan untuk memperlihatkan kinerjanya dalam setahun sejak dilantik. Sorring mengancam jika kinerja Ramoni tak maksimal, dirinya tidak segan-segan untuk mencopotnya.
BACA SELENGKAPNYA..

Senin, 27 Juni 2011

Tana Toraja menjadi tempat pertemuan tiga rute Celebes Trans Equatoring HDCI

Ketua HDCI Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, menjamu riders HDCI
Salah satu rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Harley Davidson Club Indonesia adalah kegiatan Celebes Trans Equatoring. Munas HDCI tahun ini, yang digelar di Makassar, agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pasalnya 40 riders dari negeri Jiran Malaysia ikut berpartisipasi di arena touring yang direncanakan akan mengambil finish di Makale, Tana Toraja.

Rute yang akan dilalui oleh para peserta adalah : Rute pertama Manado-Tana Toraja yang memulai perjalanannya sejak Minggu 26 Juni lalu. Rute kedua yakni Palu-Tana Toraja start, Senin 27 Juni kemarin. Sementara itu riders HDCI asal kota Makassar akan memulai startnya ke Tana Toraja, Selasa, 28 Juni, hari ini.

Yudi “Ondong” Harsono, Koordinator Munas HDCI 2011 yang membidangi Celebes Touring Equatoring Munas HDCI 2011, mengatakan, khusus riders Makassar berjumlah 75 orang. Mereka berasal dari gabungan bikers tuan rumah dan Jakarta.

“sebanyak 15 peserta dari Jakarta ikut dalam tur rute Makassar,” kata Yudi yang juga adalah Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulsel, Senin, 27 Juni.

Para riders yang ikut touring ini, kata dia, merupakan anggota HDCI yang sudah terdaftar dan teruji di berbagai even. Mereka memilih rute sesuai kota pilihan masing-masing.

Start dari Manado merupakan pilihan dari Riders asal Negeri Jiran Malaysia memilih start dari Manado, karena rute lebih panjang. Jarak Manado ke Sulsel jauh lebih menantang. Dari sana ada 200 riders, dan 40 di antaranya merupakan riders Malaysia. Sedangkan dari Palu ada 45 orang.

“Ketiga rute akan bertemu di Tana Toraja yang merupakan puncak dari acara touring. Selaku tuan rumah kita mengajak peserta mengunjungi sejumlah tempat wisata. Mulai dari Kete’kesu, Londa dan tempat menarik lainnya,” ungkap Yudi.

Riders diperkirakan tiba, Rabu 29 Juni. Keesokan harinya ada seremoni menghadiri “Rambu Solo” di daerah Makale, Tana Toraja, sekaligus para peserta diterima Bupati Tana Toraja.
BACA SELENGKAPNYA..

Jumat, 24 Juni 2011

Penerima DAK 2010 akan di investigasi oleh Inspektorat Torut

Pelaksanaan proyek pembangunan gedung perpustakaan di sejumlah Sekolah Dasar (SD) yang dilaporkan bermasalah, akan segera mendapatkan kunjungan dari Inspektorat Kabupaten Toraa Utara, dalam rangka melakukan investigasi.

Hal sehubungan dengan adanya laporan dari masyarakat yang mengatakan bahwa sampai dengan Juni 2011, pembangunan perpustakaan di beberapa SD di Toraja Utara belum tuntas. Padalah, Proyek yang menggunakan anggaran dana alokasi khusus (DAK) 2010 itu, seharusnya sudah rampung pada akhir 2011. Sebanyak 50 Sekolah Dasar di Toraja Utara memperoleh bantuan DAK. Dimana bantuan tersebut digunakan untuk kegiatan pengadaan buku pelajaran, alat peraga, dan pembangunan gedung perpustakaan.

Kepala Inspektorat Toraja Utara, yang juga adalah mantan Kepala Dinas Pendidikan Tana Toraja, Asir Tandirerung, mengatakan “Kami akan segera turun ke sekolah-sekolah penerima bantuan DAK yang pembangunan perpustakaannya dilaporkan belum selesai,”katanya. Sementara itu, Daniel Bemba, Anggota Dewan Pendidikan Toraja Utara menyatakan, keterlambatan pembangunan perpustakaan di beberapa SD sangat merugikan siswa. “Kami sangat mendukung Inspektorat melakukan investigasi karena keterlambatan pembangunan gedung perpustakaan sangat merugikan siswa,”tandasnya
BACA SELENGKAPNYA..

Rabu, 22 Juni 2011

Pekerjaan Jalan Proyek TA. 2010 Belum Selesai

Hingga pertengahan 2011 ini, beberapa Proyek T.A 2010 yang seharusnya rampung pada 2010, belum selesai 100%. Anggota DPRD Tana Toraja menemukan sejumlah proyek infrastruktur tahun anggaran 2010 yang sampai dengan pertengahan 2011 ini masih belum selesai

"Salah satu proyek yang dimaksud adalah pembangunan jalan poros Buntudatu- Maliba-Tampo-Uluway di Kecamatan Mengkendek sepanjang tiga kilometer dengan anggaran sekitar Rp1,9 miliar. Proyek tersebut sampai saat ini masih belum selesai 100%." Kata Alexander P Ranteallo, Anggota DPRD Toraja

Menurut Alexander P Ranteallo, tidak maksimalnya pengawasan pemkab menjadi penyebab molornya proyek pemerintah tersebut. Yohanis Sumule, Kepala Inspektorat Tana Toraja mengatakan, Pihak Inspektorat masih proyek pemerintah tahun 2010 yang hingga pertengahan 2011 ini belum rampung. Dia mengatakan akan memberikan tindakan tegas apabila ditemukan proyek yang terbengkalai.
BACA SELENGKAPNYA..

Senin, 20 Juni 2011

Tana Toraja : Tiap Jengkalnya Berisi Warisan Budaya Dunia

Tana Toraja di Sulawesi Selatan yang dilafalkan Tana Toraya oleh penduduknya memang memiliki daya tarik tersendiri. Penulis cukup beruntung karena mendapat undangan dari Hotel Aston Missiliana Toraja untuk menginap di hotel tersebut sembari menikmati suguhan kawasan wisata di Toraja dan upacara "rambu solo" (upacara kematian) ala Toraja yang memang dilaksanakan pada hari tersebut.
Rumah adat khas Toraja di Desa Pallawa, Kabupaten Tana Toraja, atapnya dibuat dari dari susunan bambu. Kini tinggal sedikit warga asli Tana Toraja yang mau menggunakan bambu sebagai atap rumah, digantikan dengan seng karena lebih mudah dan murah.
ana Toraja yang identik dengan upacara kematian dan kabar tentang kuburan-kuburan kuno di sana menjadi kawasan wisata yang unik dan memiliki daya pikat tersendiri.

Tana Toraja di Sulawesi Selatan yang dilafalkan Tana Toraya oleh penduduknya memang memiliki daya tarik tersendiri. Penulis cukup beruntung karena mendapat undangan dari Hotel Aston Missiliana Toraja untuk menginap di hotel tersebut sembari menikmati suguhan kawasan wisata di Toraja dan upacara "rambu solo" (upacara kematian) ala Toraja yang memang dilaksanakan pada hari tersebut.
Rumah adat khas Toraja di Desa Pallawa, Kabupaten Tana Toraja, atapnya dibuat dari dari susunan bambu. Kini tinggal sedikit warga asli Tana Toraja yang mau menggunakan bambu sebagai atap rumah, digantikan dengan seng karena lebih mudah dan murah.
ana Toraja yang identik dengan upacara kematian dan kabar tentang kuburan-kuburan kuno di sana menjadi kawasan wisata yang unik dan memiliki daya pikat tersendiri.

Dengan suhu udara yang ramah dan pemandangan alam yang cantik, tak henti-hentinya rasa takjub memenuhi lubuk hati.
Saat melakukan perjalanan dari Makassar saja, penulis dimanjakan oleh indahnya pemandangan tebing-tebing batu kapur di Maros, hamparan bibir pantai di Kabupaten Barru dan Pare-Pare dan keindahan bukit Buntu Kabobong di Kabupaten Enrekang yang bentuknya-maaf -mirip vagina.

Sayang sekali, saat penulis tiba di Enrekang, hari sudah gelap malam dan sang bukit pun tak terlihat. Jadi penulis hanya dimanjakan oleh lukisan bukit yang terpampang di sebuah restoran kecil yang terletak di kawasan tersebut.
Meski melakukan perjalanan pada malam hari, tetap saja masih banyak hal indah yang bisa dinikmati, sebab bintang-gemintang di langit seolah berlomba menebarkan pesonanya. Lampu-lampu di desa-desa yang letaknya jauh di seberang bukit pun tetap memberikan keasyikan tersendiri untuk dinikmati.
Bersinar Cerah

Setiba di Makale, ibu kota Kabupaten Tana Toraja, penulis sempat terkesima melihat sebuah kolam dengan diameter puluhan meter dan lampu-lampu hias serta air mancurnya yang menawan, seolah menyambut kedatangan setiap orang yang tiba di Makale. Tidak menyangka ada kolam megah dengan lampu yang begitu indah bisa dinikmati jauh di pedalaman sana.
Pagi hari, di hotel, penulis kembali mendapat bonus. Matahari bersinar cerah, sementara lapisan kabut yang menyelimuti kawasan perbukitan di Toraja perlahan pupus. Kicauan burung dan segarnya udara segera membuat penulis kerasan. Segera saja penulis bersama rombongan membuat jadwal rencara kunjungan wisata untuk hari itu.

Sesuai rencana, kawasan pemakaman kuno Londa merupakan tujuan pertama. Londa adalah sebuah kompleks kuburan kuno yang terletak di dalam gua. Di bagian luar gua terlihat boneka-boneka kayu khas Toraja. Goenawan Mohonoharto, seorang aktivis LSM kebudayaan Sulawesi Selatan yang bersedia memandu penulis selama melakukan perjalanan di Tana Toraja, mengungkapkan patung tersebut merupakan replika atau miniatur dari jasad yang meninggal dan dikuburkan di tempat tersebut.
"Miniatur tersebut hanya diperuntukkan bagi bangsawan yang memiliki strata sosial tinggi, warga biasa tidak mendapat kehormatan untuk dibuatkan patungnya" katanya.

Patung-patung tersebut, menurutnya seringkali menjadi incaran para pencuri. "Di Eropa harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah, karena kandungan seni dan nilai kekunoannya," katanya.
Di Londa ini juga terdapat mitos tentang Romeo dan Juliet ala Tana Toraja.
"Konon, dulu ada sepasang kekasih yang tidak direstui hubungannya oleh keluarga. Karena merasa putus asa, keduanya kemudian melakukan bunuh diri bersama terjun dari tebing. Oleh keluarga, mayat mereka kemudian diletakkan di dalam gua secara berdampingan," tuturnya.

Selain Londa, terdapat kuburan lain yang tidak kalah unik yaitu Lemo. Di sini jasad diletakkan di liang-liang dalam sebuah dinding tebing cadas.
"Dulu orang menatah tebing ini selama bertahun-tahun,sehingga jasad orang yang meninggal bisa ditanam di dalamnya. Semakin tinggi letak petinya, berarti strata sosialnya juga makin tinggi," tuturnya.
Menurut seorang tua-tua adat di desa Kete’ Ke’su, Kabupaten Tana Toraja, kuburan tertua justru berada di desa Kete’ Ke’su.
"Sebelum orang mengenal kebudayaan yang lebih maju, orang Toraja menaruh peti-peti mayat di tebing-tebing tanpa menanamnya," katanya.

Saat Pembaruan mengunjungi Kete’ Ke’su, terlihat tulang belulang berserakan di sekitar tebing dan peti-peti kayu yang sudah rapuh dan bolong-bolong sehingga terlihat tulang-belulang menyembul dari dalam peti.
"Peti-peti ini usianya sudah ribuan tahun, lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan kuburan di Londa dan Lemo. Makanya sudah terlihat sangat rapuh," katanya lagi.
Selain Lemo, masih ada Kambira, sebuah kompleks kuburan khusus untuk bayi (baby graves). Tidak seperti Londa, Lemo dan Kete’ Ke’su, kuburan bayi di Kambira terletak di sebuah pohon besar. Tampak kotak-kotak persegi hitam menyembul di batang utama pohon.
"Kotak-kotak itu sebenarnya sudah dilubangi dan diisi mayat bayi," ujar Gunawan memberi keterangan.
Desa Adat

Selain mengunjungi kuburan, masih ada beberapa objek wisata yang juga menarik untuk dikunjungi. Desa adat Pallawa misalnya, merupakan desa khas yang masih memiliki 11 bangunan rumah khas Toraja dan 15 lumbung padi khas toraja.
Rumah-rumah beratap susunan bambu tersebut sudah ratusan tahun usianya dan hingga kini masih dipertahankan untuk diperlihatkan pada para turis.
Susunan tanduk kerbau di bagian depan rumah, menjadi aksesoris yang segera saja menarik mata, begitu juga dengan sebaris taring babi yang digantung di dekat langit-langit di pelataran rumah.
"Susunan tanduk kerbau menunjukkan strata sosial pemilik rumah, semakin banyak tanduk berarti semakin kaya karena dia sering mengadakan upacara adat. Sementara taring babi menunjukkan kalau rumah tersebut sudah diupacarakan dalam adat syukuran," tambahnya.

Selain wisata ke kawasan kuburan, kawasan wisata peninggalan kebudayaan megalitikum di Boriparinding juga menarik untuk dikunjungi.
Meski saat penulis tiba disana, hujan lebat mengguyur, namun tetap saja kawasan tersebut tampak menarik, kharisma dan kekokohannya malah tampak bersinar di antara serpihan tetes air yang mengguyur puluhan batu-batu berukuran raksasa tersebut.
Upacara Adat
Bagi yang beruntung, ritual upacara adat seperti "Rambu Solo" (upacara kematian) dan "Rambu Tuka" (upacara syukuran) merupakan momen yang menarik untuk dinikmati.
Menurut penurutan Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Tana Toraja, Lewaran Rantelabi yang ditemui Pembaruan beberapa waktu lalu, kegiatan upacara adat selalu ada di setiap kecamatan, namun waktu tepatnya memang tidak menentu.
"Karena upacara tersebut melibatkan seluruh keluarga, biasanya diselenggarakan di hari libur, agar seluruh keluarga bisa berkumpul," katanya.

Datang ke Toraja tentu tidak sah bila anda tidak membeli suvenir khasnya. Kain khas Toraja (Parambak) yang kaya warna dan motif bisa didapatkan di desa Sadang Tobarana. Aktivitas menenun dan memintal benang yang dilakukan oleh para wanita di desa tersebut juga bisa menjadi sajian wisata tersendiri.
Jika berminat, selembar kain tenun khas Toraja harganya sekitar Rp. 50.00
0-Rp.300.000, tergantung bahan, warna dan jenis motifnya.
"Kalau untuk wisatawan asing harganya bisa berkali lipat lebih mahal," ujar Nenek Pangga, salah seorang perajin yang ditemui Pembaruan.

Kalau anda suka makan, anda tidak akan sengsara di Tana Toraja, suguhan nasi merah, ikan bakar yang dibumbui sambal dabu dabu yang pedas segar, bakso babi serta minuman khas sejenis tuak manis dan minuman balok selalu tersedia di warung makan khas toraja.
"Pokoknya selama di Toraja, wisatawan tidak akan kekurangan objek untuk dilihat, karena Kabupaten Tana Toraja memiliki 147 objek wisata yang sudah diinventarisasi. 77 objek sudah memiliki SK. 22 objek wisata sudah operasional dan akan dibuka beberapa objek yang baru," kata Rantelabi.

Selain itu, Tana Toraja sudah direkomendasikan untuk dijadikan kawasan warisan budaya dunia ke Unesco PBB.
"Menurut para ahli, setiap jengkal di kabupaten Toraja adalah kawasan warisan budaya dunia sehingga harus dilestarikan. Untuk itu, kami sudah merekomendasikan kawasan Tana Toraja untuk dijadikan kawasan warisan budaya dunia ke Unesco agar seluruh umat manusia di dunia ini turut terpanggil dan terlibat dalam usaha pelestariannya," katanya.
Jika ditempuh dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan yang jaraknya sekitar 311 km, maka mau tidak mau harus mengunakan moda angkutan darat seperti bus atau mobil angkutan sejenis L300 yang membutuhkan waktu tempuh 7-8 jam, karena moda angkutan pesawat terbang yang dulu pernah beroperasi, kini sudah tak melakukan penerbangan lagi.
Harga tiketnya juga tidak terlalu mahal, hanya Rp 60.000 sekali perjalanan untuk bus ekonomi, sementara untuk bus AC tiketnya Rp 70.000 sekali perjalanan.

Bus menuju Toraja dari Makassar tidak datang tiap waktu karena sudah ada jadwal tetap yaitu pukul 8.00, 10.00, 14.00 dan 22.00, begitu juga dari arah Toraja menuju Makassar. Bila ingin waktu yang lebih fleksibel, bisa menyewa kendaraan semacam L 300. biayanya Rp 300.000 per hari.

Selamat berwisata ke Tana Toraja!
Rieska WULANDARI
BACA SELENGKAPNYA..

Jumat, 17 Juni 2011

Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur SULTENG berlangsung Tegang.

"Right man on the right place", itulah pesan Menteri Dalam Negeri RI, Gamawan Fauzi kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah terpilih, Longki Djanggola-Sudarto, dalam rapat paripurna luar biasa, acara pelantikan pasangan tersebut di Palu. Mendagri mengingatkan untuk menempatkan orang-orang profesional dalam jajaran kabinetnya kelak. sebab kata dia, Sulteng adalah provinsi yang dinilai kaya sumber daya alam, namun miskin pengelolaan. Persoalannya karena sumber daya manusia yang harusnya melakukan pengelolaan tidak maksimal.

"Jangan sampai karena politik, kita menempatkan kepala Dinas PU, orangnya lulusan doktorandus dari IAIN," ujar Gamawan di DPRD Sulteng, Jumat, 17 Juni.

Ikut dalam rombongan Mendagri, Menteri Sosial Saggaf Al Djufri, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo, dua anggota DPR RI dari Fraksi Partai Hanura Akbar Faisal dan Syarifuddin Sudding, serta Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh.

Gamawan Fauzi mengatakan, dia sempat diberitahu bahwa pelantikan akan dilaksanakan di lapangan terbuka. Alasannya, untuk menampung keinginan orang banyak ikut menyaksikan pelantikan tersebut. Wajar saja, lanjut dia, sebab untuk pertama kali dalam sejarah pemilihan Gubernur Sulteng, pasangan tersebut mendapat suara mencapai 54 persen. Catatan Lembaga Survei Indonesia, hanya ada dua provinsi di Indonesia pada pemilihan secara langsung yang pemenang mencapai di atas 50 persen. Yakni Gorontalo dan Sulteng.

"Secara ekonomi, Sulteng mengalami pertumbuhan yang baik bahkan melampaui pertumbuhan Indonesia. Capaian Sulteng hingga tujuh persen pada tahun 2010. Namun, catatan lain indeks pembangunan manusia masih di bawah rata-rata nasional. Ini menunjukkan masih banyak masalah pendidikan, kesehatan dan beberapa aspek sebagai indikator pertumbuhan manusia di Sulteng." kata Gamawan.

Meskipun demikian, Gamawan yakin pasangan Longki-Sudarto dapat menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut dengan baik. Sebab, berdasarkan pengalaman, kedua pemimpin tersebut terhitung sebagai orang yang berpengalaman dalam memimpin daerah. Sebelumnya, Longki adalah Bupati Parigi Moutong selama dua periode. Sedangkan Sudarto adalah mantan Bupati Kabupaten Banggai selama dua periode. Terakhir, sebelum menjadi Wagub, Sudarto adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah RI asal Sulteng.

Sementara itu, selama proses pelantikan, pengamanan berlangsung dengan sangat ketat. Ratusan tentara terlihat melapisi seluruh jalan-jalan protokol di kota Palu sejak Kamis malam hingga acara pelantikan usai, Jumat kemarin.

Para TNI yang siaga dengan senjata di tangan itu membuat suasana Kota Palu, terlihat tegang. Aparat keamanan berjaga di setiap sudut kota dan bertambah ketat di seputar kantor DPRD Sulteng. Seluruh aparat bersenjata lengkap.
BACA SELENGKAPNYA..

Kamis, 16 Juni 2011

Tana Toraja Unggulkan Aspek Sosial Budaya dan Keberlanjutan Lingkungan

Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Tana Toraja didasarkan pada potensi dasar yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Keunggulan yang dimiliki oleh Kota Makale dan Makula dalam aspek lingkungan hidup dan sosial budaya menjadi dasar bagi penetapan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tana Toraja. Demikian disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wakatobi Yunus Sirante dalam Pembahasan Progres IV Kegiatan Peningkatan Penataan Wilayah Kabupaten Tana Toraja di Jakarta (1/6).

Makale merupakan ibukota sekaligus salah satu kawasan perkotaan di Kabupaten Tana Toraja. Direncanakan dengan konsep ecocity (kota berbasiskan ekologi) yang berwujud kota taman atraktif dan efektif sebagai sentra informasi, komunikasi, transportasi serta akomodasi pendukung Kawasan Strategis Nasional (KSN) pariwisata Toraja dan sekitarnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, akan dilaksanakan relokasi pasar tradisional, dan bekas pasar tradisional tersebut nantinya dikembangkan sebagai Tourism Center.

Diharapkan Tourism Center ini mampu memerankan Makale sebagai pusat KSN pariwisata dan mewujudkan konsep ecocity. Untuk mengusulkan kawasan strategis di Kabupaten Tana Toraja, perlu didukung oleh bandar udara baru di Buntu Kunyi (Kecamatan Mangkendek). Pengembangan bandar udara akan menjadi faktor pendorong bagi wisatawan untuk dapat mengunjungi Kabupaten Tana Toraja, papar Yunus.

Ditambahkan oleh Yunus, pengembangan Makula difokuskan pada aspek sosial budaya dikarenakan potensi yang dimiliki oleh Makula. Antara lain meliputi kepercayaan Aluk Todolo yang menjaga keharmonisan elemen utama sistem tongkonan dalam menjaga kualitas dan kelestarian kawasan desa; tongkonan kekerabatan Kaero, makam adat di Suaya serta Rante yang mer

upakan obyek wisata unik yang menarik; serta sumber air belerang yang potensial dikembangkan sebagai wisata mandi air panas yang higienis.

Direktur Penataan Ruang Wilayah III Wahyono Bintarto mengungkapkan, diharapkan draft Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang RTRW Kabupaten Tana Toraja dapat segera terselesaikan. Hal ini untuk memenuhi amanat Inpres Nomor 1/2010 tentang Prioritas Percepatan Pembangunan Nasional Tahun 2010. Direktorat Penataan Ruang Wilayah III telah menetapkan target penyelesaian Raperda RTRW Kabupaten Tana Toraja pada akhir Desember 2010. “Sehingga besar harapan agar Raperda dapat segera diselesaikan,” tegas Bintarto


Sumber : www.penataanruang.net
BACA SELENGKAPNYA..

Mahasiswa Tana Toraja diserang massa tak dikenal.

Sejumlah mahasiswa perguruan tinggi Makassar yang tergabung dalam forum mahasiswa Toraja (format) diserang oleh sekelompok pemuda bersenjata tajam, Selasa (14/6/2011) dini hari. Akibatnya kejadian itu salah satu mahasiswa mengalami luka robek pada bagian pipinya akibat sabetan senjata tajam.

Kejadian berawal ketika para mahasiswa Format melintas di Kelurahan Sudiang, usai mengantar jenazah salah satu rekannya dari Bandara Hasanuddin, yang tewas tenggelam di Tanjung Bayam. Ketika itu sejumlah pemuda bersenjata tajam kemudian menghadang mereka dan langsung menyerang dengan menghunuskan samurai kepada salah satu mahasiswa Format.

Para penyerang akhirnya membubarkan diri setelah sejumlah pihak kepolisian mendatangi lokasi dan membubarkan mereka. "Kami tidak mengetahui alasan penyerangan tersebut. kami juga tidak mengenal para penyerang," ujar Irfan (25) salah satu mahasiswa Format ketika berada di Mapolsek Biringkanaya.

Pihak Kepolisan Biringkanaya kemudian mengantar para mahasiswa Format menuju ke asrama mereka untuk menghindari serangan susulan dari para penyerang.

Menurut Kapolsek Biringkanaya Kompol Mursalim, pihaknya masih menyelidiki penyerangan tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa dua saksi telah diperiksa untuk pengembangan kasus penyerangan tersebut.

Sumber : Tribun Makassar
BACA SELENGKAPNYA..

Victor, hampir pasti pimpin PD Tana Toraja

Salah Satu Calon Ketua DPC Partai Demokrat Tana Toraja, Victor Datuan Batara, yang adalah mantan Kapolres Tana Toraja dan Calon Bupati Tana Toraja pada PILKADA lalu, hampir pasti akan terpilih secara aklamasi pada Musyawarah Cabang (Muscab) Demokrat yang akan digelar pada Jum’at, (17/6)

Hasil uji kelayakan dan kepatutan (Fit and Proper Test) yang digelar di sekretariat DPD Demokrat Prop. Sulawesi Selatan menyatakan Victor, yang juga Koordinator Kabupaten (Korkab) Toraja DPD Demokrat Sulsel tersebut sebagai calon tunggal.

“Pak Victor memang calon tunggal dan hampir pasti terpilih aklamasi,” kata anggota tim fit and proper test DPD Demokrat Sulsel, Amir Mahmud. Dari hasil uji kelayakan itu, lanjut Amir, Victor menyatakan sejumlah komitmen, di antaranya membesarkan Partai Demokrat di Toraja dengan target perolehan suara sebesar 30%, dan pembenahan organisasi serta infrastruktur partai.

“Selain komitmen tersebut, Pak Victor juga harus memenangkan calon yang diusung Demokrat di Toraja pada pilgub nanti,” jelas Amir. Ketua Fraksi Demokrat DPRD Tana Toraja Alexander P Ranteallo mengatakan,Victor Datuan Batara punya pengalaman memimpin organisasi, di antaranya pernah menjabat kepala kepolisian resor (Kapolres) Tana Toraja 2007-2010.Victor juga masuk dalam jajaran pengurus DPD I Demokrat Sulsel. Dihubungi terpisah,Victor Datuan Batara menyatakan siap memimpin DPC Demokrat TanaToraja.

“Saya sudah ikut uji kelayakan di DPD I Demokrat,” ungkap Victor kemarin. Sementara itu, jumlah kandidat yang dipastikan bersaing pada pemilihan ketua DPC Demokrat Toraja Utara (Torut) sebanyak tiga orang. Mereka adalah Daniel Renden, Piter Sule, dan Ice Dany.Ketiga kandidat itu hadir mengkutifit and proper test yang dipimpin langsung oleh Andry S Arief Bulu sebagai ketua tim.
BACA SELENGKAPNYA..

Minggu, 12 Juni 2011

Pesan Nurdin Khalid untuk Kongres PSSI


Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Pusat, Nurdin Halid mengharapkan kongres luar biasa Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di kota Solo pada 9 Juli mendatang berhasil demi masa depan sepakbola Indonesia.

"Kita harap kongres luar biasa PSSI yang diagendakan 9 Juli mendatang di Solo tidak lagi ada istilah deadlock," kata Nurdin Halid di Mamuju, Sabtu (11/6).

Menurut dia, kongres PSSI yang dipimpin langsung ketua normalisasi Agum Gumelar yang akhirnya gagal, karena kelompok 78 terus mengusung calon ketua umum George Toisuta dan Arifin Panigoro.

"Saya tidak mau mencampuri masalah keinginan kelompok 78. Namun, saya sangat menghendaki agar kongres PSSI ini berjalan lancar, aman dan menghasilkan keputusan yang baik untuk masa depan generasi para atlet-atlet sepakbola di negeri ini," harap Nurdin.

Nurdin mengatakan, dirinya masih tetap ketua PSSI yang resmi hingga terbentuknya pengurus yang baru hasil kongres mendatang.

"Memang saya tidak lagi dianggap sebagai pengurus resmi. Namun begitu, hasil kongres ini tetap resmi karena saya ikhlas menerimanya untuk masa depan persepakbolaan di Indonesia," tutur Nurdin.

Karena itu, mundurnya kongres luar biasa PSSI tersebut karena alasan atas pertimbangan setelah adanya masukan dari Asian Football Confederation (AFC) di Kuala Lumpur dan hasilnya telah dilaporkan ke FIFA.

Nurdin mengatakan, dirinya yang banyak dikecam oleh berbagai elemen masyarakat untuk mundur dari ketua umum PSSI tetap ikhlas menerima karena Tuhan akan menunjukkan kebenaran.

"Tidak apa-apa saya diperlakukan seperti itu dan bahkan dituduh berbuat korupsi anggaran PSSI karena semua kebenaran akan diperlihatkan oleh Tuhan," ucapnya.

Ia berharap, siapa pun pengurus PSSI mendatang agar memiliki visi dan misi yang jelas akan nasib dan perkembangan sepakbola di tanah air.

"Sepakbola salah satu cabang olahraga yang sangat diminati oleh masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Nah, jika kongres PSSI gagal maka bisa jadi rakyat Indonesia marah karena nasib persepakbolaan akan semakin terpuruk," katanya.


BACA SELENGKAPNYA..

Jumat, 10 Juni 2011

Toraja merupakan salah satu cluster destinasi yang di tahun 2011 ini diprogramkan untuk dibentuk di Toraja


Dalam rangka pelaksanaan program DMO (Destination Management Organisation), tim Cluster Toraja telah mengadakan pertemuan awal dengan stakeholder kepariwisataan Toraja yaitu Kadisbudpar Provinsi Sulawesi Selatan, Kadisbudpar Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara beserta stafnya yang terkait.

Pertemuan dengan Kadisbudpar Provinsi Sulawesi Selatan, Bapak MS. Mallambossi diadakan di Makassar pada tanggal 2 Maret 2011 bertempat di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Rombongan tim Cluster Toraja dipimpin oleh Bapak Aris Sitaba, Direktur Usaha Pariwisata, Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenbudpar, dan ketua Tim Cluster Toraja Bapak Setiawan, yang didampingi oleh Ir. Ina Herliana Koswara MSc., Undhan Sensivari dan Stella Veronika. Hadir pada pertemuan tersebut Bapak Andy M Said -Ketua Badan Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Sulawesi Selatan beserta stafnya.

Pertemuan diawali dengan laporan dan penjelasan singkat tentang program DMO Cluster Toraja oleh Bapak Aris Sitaba, yang sekaligus memperkenalkan anggota tim, dan kegiatan yang akan dilakukan oleh tim dalam pelaksanaan program DMO ini. Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan keinginan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata akan dukungan dari Provinsi Sulsel khususnya terkait pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Provinsi yang akan mendukung program DMO ini, maupun kelengkapan data dan informasi yang dibutuhkan tim dalam melaksanakan program DMO di Cluster Toraja.

Kadisbudpar Provinsi Sulsel Bapak Suaib Mallambossi menyambut baik kedatangan tim dan sangat mendukung program ini. Diharapkan agar tim tetap berkoordinasi dengan Disbudpar Provinsi Sulsel, dengan penjelasan lebih rinci terkait SOP tim pokja provinsi -siapa saja yang akan dilibatkan, apakah akan ada SK nya, job des tiap pokja), untuk bahan pelaporan ke Gubernur Sulsel.

Pak Said (Ka BP3 Sulsel) juga sangat mendukung program DMO ini. Pada kesempatan tersebut beliau menjelaskan tentang living culture Toraja yang menjadi daya tarik pariwisata Toraja, yang intinya terdiri dari 7 unsur budaya yaitu tongkonan dan alangsura, rante, liang (penguburan), hutan bambu, sawah adat, tempat penggembalaan, serta pasar hewan. Ini semua menjadi daya tarik pariwisata Toraja. Pemerintah/industri pariwisata diharapkan dapat mengemas potensi budaya ini sesuai dengan keinginan masyarakat.

Pertemuan singkat ini diakhiri dengan tim Cluster Toraja yang kemudian melanjutkan perjalanannya ke Toraja.

Pada keesokan harinya tim Cluster Toraja mengadakan pertemuan dengan pihak Disbudpar Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara di Hotel Sahid Toraja, Makale. Rapat dihadiri oleh Direktur Usaha Pariwisata-Kemenbudpar, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara, serta perwakilan asosiasi PHRI Toraja, dan tim DMO Cluster Toraja.

Acara dibuka dengan sambutan dan penjelasan dari Bapak Aris Sitaba tentang tata kelola destinasi atau Destination Management Organisation (DMO), dimana Toraja merupakan salah satu cluster destinasi yang di tahun 2011 ini diprogramkan untuk dibentuk di Toraja. Diharapkan melalui DMO, masyarakat menyadari bahwa pariwisata dapat meningkatkan taraf hidup dan kebanggaan mereka, bukan hanya kebanggaan akan living culture mereka namun juga ada nilai-nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari pariwisata, selain manfaat lingkungan dan sosial budaya lainnya.

Selanjutnya disampaikan paparan oleh tim ahli Cluster Toraja (Ir. Ina Herliana Koswara, MSc.) yang menjelaskan secara singkat tentang Tata Kelola Destinasi, dan dilanjutkan dengan penjelasan rencana kegiatan pembentukan DMO di Toraja. Program yang dimulai di tahun 2011 ini direncanakan akan berlanjut hingga tahun 2014 dengan beberapa tahapan kegiatan dari mulai tahap kelayakan studi dan sosialisasi konsep, tahap dukungan kemitraan terhadap DMO, tahap pembentukan dan legalisasi DMO, hingga tahap operasional dan evaluasi DMO.

Dijelaskan pula bahwa di tahun 2011 ini, program DMO Toraja baru dalam tahap kajian, dimana diperlukan beberapa pertemuan dengan stakeholder untuk mengetahui aspirasi mereka sekaligus identifikasi stakeholder yang menjadi key person dalam pengembangan kepariwisataan Toraja untuk diundang dalam diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) nantinya. FGD dengan stakeholders direncanakan akan dilaksanakan di Rantepao, Toraja pada Bulan April atau Mei 2011.

Bapak Lexianus selaku Kadisbudpar Kab. Tana Toraja menyampaikan kesiapan dan dukungannya untuk melaksanakan program-program yang akan dilakukan terkait dengan DMO ini. Saat ini menurut beliau, masih banyak masyarakat sekitar daya tarik wisata yang belum memperoleh manfaat dari pariwisata. Nantinya, masyarakat yang sebaiknya terlibat dalam DMO adalah para pemimpin adat atau pemuka masyarakat yang akan dipakai untuk merumuskan seperti apa DMO yang akan diaplikasikan di Toraja.

Sementara itu Pak Yakin Tandirerung SH, Kadisparbud Kab. Toraja Utara menyampaikan permasalahan terkait karakteristik sosial budaya masyarakat Toraja yang memiliki living culture yang berbeda. Yang harus ditumbuhkan dari DMO Toraja adalah keinginan masyarakat sendiri untuk melestarikan living culture mereka.

Beberapa permasalahan awal juga dimunculkan dalam diskusi ini dari peserta yang hadir, yang meliputi :

Aksesibilitas, khususnya aksesibilitas eksternal, dari luar wilayah menuju Toraja yang cukup jauh dan melelahkan, sementara penerbangan Makassar-Toraja saat ini sudah tidak berjalan lagi.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan arti penting dan manfaat dari kegiatan pariwisata. Saat ini masyarakat umum belum sepenuhnya merasakan manfaat dari adanya pariwisata. Perlu sosialisasi dan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Toraja akan arti penting dan manfaat pariwisata yang dapat dinikmati oleh semua lapisan melalui tokoh adat/tokoh masyarakat.
Belum terjadwalnya pelaksanaan upacara masyarakat Toraja (eg. rambu tuka, rambu solo) secara lebih pasti dan terpublikasikan secara luas. Pelaksanaan upacara adat kurang terpublikasikan, karena masyarakat belum merasa harus memberitahukan jadwal upacara kepada pihak pemerintah/industri pariwisata, selain karena ketidakpastian kedatangan sanak keluarga mereka. Akibatnya pihak pemerintah dan industri pariwisata sulit untuk menawarkan pelaksanaan upacara ini kepada wisatawan/biro perjalanan.


Diskusi pertama ini diharapkan dapat memberikan penjelasan awal tentang kegiatan program DMO yang akan dilaksanakan di Toraja, yang tentunya akan ditindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang lebih mendalam dan dihadiri oleh pemangku kepentingan lainnya di Toraja.
BACA SELENGKAPNYA..

Rabu, 08 Juni 2011

Rp 500 Milliar dari Dana APBN-APBD disiapkan untuk Rampungkan Bandara Tana Toraja

Guna merampungkan revitalisasi Bandara di Buntu Kuni, Kec. Mengkendek Kab. Tana Toraja, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah mengusulkan anggaran Rp 500 miliar yang diambil dari dana APBD dan APBN.

Andi Masykur Sultan, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Propinsi Sulawesi Selatan, pada saat melakukan kunjungan kerjanya ke Singapura–Malaysia bersama Gubernur Sulawesi Selatan dan beberapa Muspida Sulawesi Selatan, Jumat (3/6/2011) mengatakan, saat ini proses tender telah berjalan dan segera melanjutkan proyek pengerjaan pengembangan kawasan.

Pemerintah Provinsi juga mengharapkan di tahun 2014 mendatang, bandara yang akan dijadikan pintu masuk wisatawan itu bisa rampung. Luas lahan Bandara di Tana Toraja yang merupakan pindahan dari Bandara Pongtiku di Rantetayo mencapai 225 hektare dengan panjang runway 1.900 meter.

Ini merupakan lahan baru karena Bandara Pongtiku dianggap sudah tidak layak karena tidak bisa dikembangkan dengan terbatasnya lahan. Lokasi Bandara baru ini akan dipindahkan ke Bonto Kunek, Kecamatan Makendek, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Anggaran untuk pembangunan Bandara ini, dikucurkan bertahap untuk lima tahun ke depan. Bandara ini akan menjadi bandara kedua terbesar di Sulawesi Selatan karena diperuntukan bisa melayani pesawat jenis Boing 737-100 seater untuk penerbangan regional.

Bandara ini memiliki dua runway sehingga berbeda dengan bandara perintis yang ada di Sulawesi Selatan yang hanya memiliki satu runway dengan panjang antara 900–1.200 meter.

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa Bandara Tana Toraja merupakan salah satu prioritas Pemerintah Sulawesi Selatan untuk tiga tahun ke depan dan akan dijadikan destinasi tujuan wisata.

Untuk mencapai Tana Toraja dibutuhkan waktu Sembilan jam. Oleh karena itu, dengan kehadiran bandara tersebut diharapkan bisa terhubung dengan bandara nasional lain sehingga mempermudah kunjungan wisata, tambahnya.

Dengan hadirnya Bandara Tana Toraja ini akan menambah jumlah bandara perintis yang ada di Sulawesi Selatan. Dintaranya yang sudah ada, yakni Bandara Bone, Bandara Sekorampi Luwu, Bandara Masamba Luwu Utara, Bandara Selayar, dan Bandara swasta milik PT Inco di Sorowako Luwu Timur.
BACA SELENGKAPNYA..

Minggu, 05 Juni 2011

Tiga Warga tenggelam dalam sehari

Sungai Sa’dan “makan” korban lagi. Setelah sebelumnya mengambil beberapa nyawa warga, kemarin, sungai yang berhulu di Sa’dan, kabupaten Toraja Utara ini, kembali “menelan” korban jiwa, tepat di daerah Lampan, kelurahan Tallunglipu, kecamatan Tallunglipu, Toraja Utara, Jumat kemarin.

Dua buruh bangunan yang berniat mengambil pasir, hilang ditelan arus sungai. Sementara dari Sangalla, kabupaten Tana Toraja dilaporkan seorang siswa SMP juga tewas tenggelam di kolam permandian alam Assa’ di lembang Turunan kecamatan Sangalla.

Informasi yang dihimpun Palopo Pos di lokasi kejadian, dua korban yang dinyatakan hilang itu, masing-masing Irak (23) dan Kabubu (24), warga lembang Misa’ Babana, kecamatan Buntao. Kedua korban bersama tiga orang lainnya berniat mengambil pasir di sungai, menggunakan mesin pengisap pasir. Namun untuk kepentingan pengambilan pasir itu mereka membutuhkan bambu untuk dibuat rakit sebagai tempat mesin dan pasir hasil penggalian. Kelima orang ini pun menyeberang sungai untuk mengambil bambu. Sayangnya, keduanya tidak bisa berenang sehingga tertarik arus air.

“Saya sudah bilang ke mereka bahwa kalau tidak bisa berenang mereka bisa melalui tempat yang lebih dangkal. Tetapi mereka tetap saja mau berenang,” tutur Bolong, saksi mata, sekaligus rekan korban.

Diceritakan Bolong, dirinya bersama dua teman lainnya sudah berhasil menyeberang ke sisi lain sungai. Dirinya pun sempat mendengar kedua rekannya meminta tolong. Namun Bolong mengira kedua temannya itu bercanda. “Tapi pas saya menoleh, ternyata mereka mau tenggelam betul. Saya sempat lompat kembali ke sungai untuk menolong, saya sudah sempat pegang rambut salah satunya, tetapi tarikan arus air terlalu keras sehingga saya tidak bisa menariknya,” tutur Bolong dengan nada sedih.

Usai kedua korban tidak nampak di permukaan air, Bolong dan dua rekan lainnya masih sempat menyelam untuk mencari kedua korban. Namun pencarian mereka sia-sia, kedua korban tidak muncul-muncul dan terus terbenam di dasar sungai. Warga yang mengetahui ada korban tenggelam, juga turut membantu melakukan pencarian. Tidak lama kemudian tim rescue Tagana dari Badan Penanggulangan Bencana Alam Daerah (BPBD) Toraja Utara dan aparat kepolisian dari Polsek Metro Rantepao, juga tiba di lokasi untuk melakukan pencarian dan evakuasi.

Meski demikian, hingga pukul 18.00 Wita, petang kemarin, kedua korban belum ditemukan. Proses pencarian dihentikan karena situasi sudah gelap dan air yang keruh. Proses pencarian juga terkendala dengan terbatasnya peralatan pertolongan yang dimiliki. Tim penyelamat hanya memiliki satu perahu karet dan beberapa pelampung. Tidak ada tabung oksigen untuk kepentingan penyelaman. Warga yang ikut membantu mencari, juga hanya mengenakan perlatan seadanya. Menurut rencana, besok pagi, polisi dan tim Tagana dari BPBD Toraja Utara akan melanjutkan pencarian.
“Karena hari sudah gelap, kita hentikan dulu pencarian, besok pagi baru kita lanjutkan,” ujar seorang petugas Tagana kepada Palopo Pos.

Sementara itu, dari Sangalla, dilaporkan seorang siswa kelas III SMPN 1 Makale, tenggelam di kolam permandian alam Assa’ di lembang Turunan, kecamatan Sangalla, kabupaten Tana Toraja. Korban diketahui bernama Dan Palebangan (16), warga Pala-Pala, kecamatan Makale Utara kabupaten Tana Toraja.

Menurut informasi yang dihimpun Palopo Pos, korban bersama lima rekannya sedang berekreasi menjelang pengumuman hasil ujian nasional (UN) yang akan dilaksanakan Sabtu (4/6), hari ini. Tidak hanya mandi, korban korban bersama lima rekannya juga membuat rakit dari bambu. Rakit ini kemudian digunakan untuk menyeberangi kolam sampai di sisi lainnya. Dari situ, mereka kemudian meninggalkan rakit dan balik ke sisi awal dengan berenang. Naas, waktu berenang itu, korban diduga mengalami kelelahan atau kram otot sehingga tidak bisa mencapai sisi kolam. Korban pun tenggelam.

“Kemungkinan besar saat dia berenang dia mengalami kelalahan atau kram otot sehingga tenggelam,” ujar Farma, salah satu anggota keluarga korban, ketika ditemui di RSU Lakipadada, kemarin.

Meski ukuran kolamnya tidak terlalu besar, namun mayat korban baru ditemukan sekitar sekitar pukul 15.00 Wita di tempat yang tidak jauh tempat korban tenggelam sebelumnya. Mayat korban kemudian dievakuasi dan dibawa ke rumah orangtuanya di Pala-Pala, Makale Utara.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasatreskrim) Polres Tana Toraja, AKP Supryanto, yang dimintai komentarnya di Rumah Sakit Lakipadada, kemarin, menyatakan kematian korban murni kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan atau tindak kejahatan.

“Ini murni kecelakaan. Korban tewas karena tenggelam Tidak ada tanda-tanda penganiayaan yang ditemukan di tubuh korban,” ujarnya


Sumber : Palopo Pos
BACA SELENGKAPNYA..

Disperindag dan Dishub Torut mendapat sorotan Dewan

Keberadaan sitor (becak motor,red) yang kerap membuat kemacetan para pengguna jalan, sangat disayangkan anggota Komisi III dari Fraksi Demokrat DPRD Toraja Utara, Ir Harun Lembang. Menurutnya, penyebab kemacetan dikarenakan makin meningkatnya produksi sitor yang dilakukan usaha bengkel, namun tidak mendapatkan perhatian pemerintah, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Toraja Utara.

"Kami menyampaikan hal tersebut pada kepala dinas perindag, dalam rapat DPRD untuk tidak ada lagi penambahan produksi sitor, pasalnya sangat mengganggu ketertiban lalu lintas dan memacetkan jalan" ujarnya, belum lama ini.

Dia mengatakan, kemacetan juga terjadi disebabkan belum maksimalnya Dinas Perhubungan dalam melakukan fungsinya. Seharusnya Dishub membuat jalur khusus sitor dan tidak memarkir dengan semberang tempat saat mengambil penumpang sehingga tidak terjadi kemacetan,"ucapnya.

Di tempat terpisah, Pelaksana Tugas Dinas Perhubungan Toraja Utara yang juga Asisten I Pemkab Torut Drs Calvin Tandiarrang, mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan kepada kepala bidang untuk melakukan pembinaan secara persuasif kepada pengendara atau pemilik sitor. Dalam waktu dekat akan melakukan pemasangan 15 titik rambu rambu lalu lintas pada lokasi rawan kemacetan, sehingga nantinya para pengendara sitor tidak lagi memasuki jalur tanda larangan tersebut.

Pihaknya juga siap menindak tegas, pengendara sitor yang melanggar sesuai peraturan yang ada bagi setiap kendaraan angkutan penumpang dalam Kota Rantepao. "Kendaraan angkutan kota diharapkan menggunakan terminal yang sudah disediakan pemerintah serta tidak lagi melakukan perparkiran diluar terminal dalam mencari penumpang,"tegasnya.
BACA SELENGKAPNYA..

Sabtu, 04 Juni 2011

Sampai dengan Mei 2011 baru dua kecamatan Yang RASKINnya Lunas

Setiap bulannya, Beras Miskin (RASKIN) disalurkan kepada 20.961 Kepala Keluarga dengan jumlah 314.415 Kg. Penyaluran Raskin untuk tahun 2011 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. "Hal ini dilakukan agar tidak terulang kejadian banyak utang raskin, yang sampai membutuhkan proses Pengadilan akibat ulah oknum tidak bertanggung jawab, terang Sekkab Tana Toraja, Enos Karoma Selasa (31/5) di ruang kerjanya. Untuk Kecamatan Mappak dan Simbuang, karena letaknya yang jauh, sering mengalami kendala pengangkutan. Untuk mengantisipasinya, tahun anggaran 2012 pemkab sudah menganggarkan perbaikan jalan. "Untuk pemerataan pembangunan antar wilayah," janji Enos Karoma.

Kabag Ekonomi Sekretariat Daerah (Setda) Tana Toraja Margareta Tulak, menjelaskan bahwa hingga Mei 2011 baru dua kecamatan sudah lunas raskinnya, bahkan DO beras untuk bulan Juni 2011 sudah diorder, yatu Makale Utara dan Rembon. Menyusul kemudian Kecamatan Malimbong Balepe, Sangalla, Sangalla Utara, dan Makale Selatan. Dua kecamatan lagi masih menunggak. "Pihak Bulog Palopo menegaskan tidak akan mendrop raskin bagi kecamatan yang bermasalah. Harga dasar raskin Rp1.600 per kilogram atau Rp.24.000 per zak isinya 15 kilogram," pungkas Margareta
BACA SELENGKAPNYA..

Jumat, 03 Juni 2011

PLTA Malea beroperasi Agustus 2011, Hadji Kalla


Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Malea yang terletak di Kecamatan Makale Selatan ditengarai terjadi keterlambatan pembangunannya. Hal itu terlihat bila melihat realisasi fisik dilapangan baru mencapai 70 persen. Pembangunan yang dikerjakan oleh PT.Bukaka Group bila merujuk sesuai kontrak baru akan berakhir Juni 2011.

Ditemui dilokasi Jumat (3/6/11) Bupati Tana Toraja (Tator) Theofilus Allorerung kepada kabar-toraja.com mengatakan, keterlambatan pembangunan akan merugikan masyarakat. Bila itu terjadi Pemda tak akan memperpanjang kontrak bila tidak selesai hingga akhir Agustus.

Desakan itu turut mendapat respon oleh Jusuf Kalla (JK) yang turut meninjau lokasi. Mantan Wakil Presiden ini merespon dengan mengatakan, PLTA Malea sudah berfungsi pada akhir Agustus.

Turut hadir dilokasi Ketua DPRD Tator Welem Sambolangi, Plt Sekkab Enos Karoma serta sejumlah SKPD lainnya.
BACA SELENGKAPNYA..