Masih Proses, Sa'bara' komi...
Sponsored By : Kecamatan Makale.

Jumat, 10 Juni 2011

Toraja merupakan salah satu cluster destinasi yang di tahun 2011 ini diprogramkan untuk dibentuk di Toraja


Dalam rangka pelaksanaan program DMO (Destination Management Organisation), tim Cluster Toraja telah mengadakan pertemuan awal dengan stakeholder kepariwisataan Toraja yaitu Kadisbudpar Provinsi Sulawesi Selatan, Kadisbudpar Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara beserta stafnya yang terkait.

Pertemuan dengan Kadisbudpar Provinsi Sulawesi Selatan, Bapak MS. Mallambossi diadakan di Makassar pada tanggal 2 Maret 2011 bertempat di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Rombongan tim Cluster Toraja dipimpin oleh Bapak Aris Sitaba, Direktur Usaha Pariwisata, Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenbudpar, dan ketua Tim Cluster Toraja Bapak Setiawan, yang didampingi oleh Ir. Ina Herliana Koswara MSc., Undhan Sensivari dan Stella Veronika. Hadir pada pertemuan tersebut Bapak Andy M Said -Ketua Badan Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Sulawesi Selatan beserta stafnya.

Pertemuan diawali dengan laporan dan penjelasan singkat tentang program DMO Cluster Toraja oleh Bapak Aris Sitaba, yang sekaligus memperkenalkan anggota tim, dan kegiatan yang akan dilakukan oleh tim dalam pelaksanaan program DMO ini. Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan keinginan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata akan dukungan dari Provinsi Sulsel khususnya terkait pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Provinsi yang akan mendukung program DMO ini, maupun kelengkapan data dan informasi yang dibutuhkan tim dalam melaksanakan program DMO di Cluster Toraja.

Kadisbudpar Provinsi Sulsel Bapak Suaib Mallambossi menyambut baik kedatangan tim dan sangat mendukung program ini. Diharapkan agar tim tetap berkoordinasi dengan Disbudpar Provinsi Sulsel, dengan penjelasan lebih rinci terkait SOP tim pokja provinsi -siapa saja yang akan dilibatkan, apakah akan ada SK nya, job des tiap pokja), untuk bahan pelaporan ke Gubernur Sulsel.

Pak Said (Ka BP3 Sulsel) juga sangat mendukung program DMO ini. Pada kesempatan tersebut beliau menjelaskan tentang living culture Toraja yang menjadi daya tarik pariwisata Toraja, yang intinya terdiri dari 7 unsur budaya yaitu tongkonan dan alangsura, rante, liang (penguburan), hutan bambu, sawah adat, tempat penggembalaan, serta pasar hewan. Ini semua menjadi daya tarik pariwisata Toraja. Pemerintah/industri pariwisata diharapkan dapat mengemas potensi budaya ini sesuai dengan keinginan masyarakat.

Pertemuan singkat ini diakhiri dengan tim Cluster Toraja yang kemudian melanjutkan perjalanannya ke Toraja.

Pada keesokan harinya tim Cluster Toraja mengadakan pertemuan dengan pihak Disbudpar Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara di Hotel Sahid Toraja, Makale. Rapat dihadiri oleh Direktur Usaha Pariwisata-Kemenbudpar, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara, serta perwakilan asosiasi PHRI Toraja, dan tim DMO Cluster Toraja.

Acara dibuka dengan sambutan dan penjelasan dari Bapak Aris Sitaba tentang tata kelola destinasi atau Destination Management Organisation (DMO), dimana Toraja merupakan salah satu cluster destinasi yang di tahun 2011 ini diprogramkan untuk dibentuk di Toraja. Diharapkan melalui DMO, masyarakat menyadari bahwa pariwisata dapat meningkatkan taraf hidup dan kebanggaan mereka, bukan hanya kebanggaan akan living culture mereka namun juga ada nilai-nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari pariwisata, selain manfaat lingkungan dan sosial budaya lainnya.

Selanjutnya disampaikan paparan oleh tim ahli Cluster Toraja (Ir. Ina Herliana Koswara, MSc.) yang menjelaskan secara singkat tentang Tata Kelola Destinasi, dan dilanjutkan dengan penjelasan rencana kegiatan pembentukan DMO di Toraja. Program yang dimulai di tahun 2011 ini direncanakan akan berlanjut hingga tahun 2014 dengan beberapa tahapan kegiatan dari mulai tahap kelayakan studi dan sosialisasi konsep, tahap dukungan kemitraan terhadap DMO, tahap pembentukan dan legalisasi DMO, hingga tahap operasional dan evaluasi DMO.

Dijelaskan pula bahwa di tahun 2011 ini, program DMO Toraja baru dalam tahap kajian, dimana diperlukan beberapa pertemuan dengan stakeholder untuk mengetahui aspirasi mereka sekaligus identifikasi stakeholder yang menjadi key person dalam pengembangan kepariwisataan Toraja untuk diundang dalam diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) nantinya. FGD dengan stakeholders direncanakan akan dilaksanakan di Rantepao, Toraja pada Bulan April atau Mei 2011.

Bapak Lexianus selaku Kadisbudpar Kab. Tana Toraja menyampaikan kesiapan dan dukungannya untuk melaksanakan program-program yang akan dilakukan terkait dengan DMO ini. Saat ini menurut beliau, masih banyak masyarakat sekitar daya tarik wisata yang belum memperoleh manfaat dari pariwisata. Nantinya, masyarakat yang sebaiknya terlibat dalam DMO adalah para pemimpin adat atau pemuka masyarakat yang akan dipakai untuk merumuskan seperti apa DMO yang akan diaplikasikan di Toraja.

Sementara itu Pak Yakin Tandirerung SH, Kadisparbud Kab. Toraja Utara menyampaikan permasalahan terkait karakteristik sosial budaya masyarakat Toraja yang memiliki living culture yang berbeda. Yang harus ditumbuhkan dari DMO Toraja adalah keinginan masyarakat sendiri untuk melestarikan living culture mereka.

Beberapa permasalahan awal juga dimunculkan dalam diskusi ini dari peserta yang hadir, yang meliputi :

Aksesibilitas, khususnya aksesibilitas eksternal, dari luar wilayah menuju Toraja yang cukup jauh dan melelahkan, sementara penerbangan Makassar-Toraja saat ini sudah tidak berjalan lagi.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan arti penting dan manfaat dari kegiatan pariwisata. Saat ini masyarakat umum belum sepenuhnya merasakan manfaat dari adanya pariwisata. Perlu sosialisasi dan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Toraja akan arti penting dan manfaat pariwisata yang dapat dinikmati oleh semua lapisan melalui tokoh adat/tokoh masyarakat.
Belum terjadwalnya pelaksanaan upacara masyarakat Toraja (eg. rambu tuka, rambu solo) secara lebih pasti dan terpublikasikan secara luas. Pelaksanaan upacara adat kurang terpublikasikan, karena masyarakat belum merasa harus memberitahukan jadwal upacara kepada pihak pemerintah/industri pariwisata, selain karena ketidakpastian kedatangan sanak keluarga mereka. Akibatnya pihak pemerintah dan industri pariwisata sulit untuk menawarkan pelaksanaan upacara ini kepada wisatawan/biro perjalanan.


Diskusi pertama ini diharapkan dapat memberikan penjelasan awal tentang kegiatan program DMO yang akan dilaksanakan di Toraja, yang tentunya akan ditindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang lebih mendalam dan dihadiri oleh pemangku kepentingan lainnya di Toraja.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar